Desa Sungai Bakau, Kalimantan Selatan
Haloo salam blogger !
Pertama kali ngeblog saya mau menulis tentang salah satu desa terpencil d provinsi saya. Sebelumnya saya mau ngasih tau dulu kalau saya tinggal di kota Banjarmasin, tepatnya ibu kota provinsi Kalimantan Selatan. Nah mengenai desa terpencil yang saya maksud adalah desa Sungai Bakau, pertama kali saya mendengar nama desa ini saat saya ditugaskan penelitian karena selain menjadi mahasiswa terkadang saya juga mengambil pekerjaan sambilan membantu berbagai lembaga untuk penelitian. Saat itu saya benar benar tidak tahu dimana letak desa ini. Malu juga rasanya orang asli Kalimantan Selatan tapi tidak tahu seluk beluk provinsinya sendiri.
Tapi ternyata tidak hanya saya yang tidak mengenal dengan provinsi sendiri, hampir semua teman teman saya juga tidak tahu dimana sebenarnya desa Sungai Bakau. Padahal saat itu saya harus berangkat ke desa Sungai Bakau untuk penelitian. Saya mencoba searching di google ternyata desa Sungai Bakau adalah desa yang ada di Kecamatan Kurau yang termasuk wilayah Kabupaten Tanah Laut.
Dengan berbekal sedikit informasi tentang desa Sungai Bakau, keesokan harinya berangkatlah saya ditemani teman saya menuju ke lokasi. Ternyata sangat berbeda dari perkiraan saya, menuju desa Sungai Bakau sangatlah jauh. Hari pertama saya sampai disana saya hanya bersinggah ke rumah paling depan yang ada disana untuk sekedar bertanya tanya. Karena niat saya hari itu memang hanya menyurvey letak lokasi saja dan besok baru saya datang lagi sendirian untuk bekerja.
Kesan pertama saya tentang desa Sungai Bakau kurang menyenangkan karena selain lokasinya sangat jauh dari kota, sepi, infrastruktur jalannya juga tidak bisa dikatakan mulus. Tanah merah dan bebatuan besar menyapa motor saya disepanjang jalan.
Namun setelah saya perhatikan alam di desa Sungai Bakau itu indah, saya masuk lebih ke dalam desa. Irigasi yang airnya sangat jernih terlihat jelas saat saya melintasi jalan di desa. Tapi ada pemandangan yang membuat saya terpana namun sayang sekali saya lupa menanyakan apa itu dengan penduduk desa jadi sampai sekarang saya tidak tahu apa lebih jelasnya yang saya telah lihat. Baiklah saya akan mencoba jelaskan gambaran pemandangan aneh dan menakjubkan yang pernah saya lihat itu. Tidak seperti sungai lainnya diatasnya tersusun entah apa itu tapi sepertinya batang pohon yang tertanam di sungai namun sudah keropos banyak sekali berjejer memenuhi sungai. Warna sungai coklat pekat dan menampilkan siluet dari masing masing barisan batang pohon yang ada diatasnya. Sayang sekali saya tidak punya dokumentasinya. Namun pemandangan keindahan irigasi di sana sempat saya abadikan.
Selain takjub dengan kondisi alam disana saya juga terkesima dengan keramahan masyarakat desa. Senang sekali berkenalan dengan mereka, sungguh mengharukan mengingat kenangan disana. Meskipun jauh dari fasilitas hidup yang layak dan tingkat pendidikan yang sangat rendah karena rata rata masyarakat disana hanyalah lulusan sekolah dasar namun mereka memiliki hati yang luar biasa. Dengan senang hati mereka selalu membantu saya saat disana. Berbeda dengan masyarakat kota yang cendrung apatis, masyarakat disana sangat peduli dengan satu sama lain. Untuk masalah penginapan pun mereka menawarkan kediaman mereka masing masing tanpa harus saya bayar.
Mereka seperti keluarga jauh yang baru saya temui, sangat cepat mereka menerima saya dilingkungan mereka. Tapi selalu ada kesedihan yang terselip dibalik kegembiraan yang mereka berikan untuk saya. Bagaimana saya tidak sedih, meskipun saya sempat terhipnotis dengan indahnya sawah sawah yang subur di sana, gembiranya melihat gemuknya sapi sapi yang mereka miliki namun itu sama sekali tidak bisa disebut mereka masyarakat yang kaya. Karena infrastruktur yang tidak memadai mengakibatkan mereka menjadi petani dan nelayan yang bekerja masih menggunakan metode seperti era tahun 90-an. Tentu saja itu semua menjadikan pertumbuhan ekonomi desa mereka tertinggal jauh dibanding wilayah lain, apalagi dengan mulainya berlaku kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) apalah daya mereka untuk bersaing. Bahkan saya yakin mengenai MEA pun pasti mereka tidak tahu sama sekali, karena saat saya bertanya tentang nama nama pemimpin di provinsi kami saja mereka tidak mengenal, koran pun tidak didistribusikan di desa mereka bahkan masih banyak diantara mereka yang masih buta huruf. Miris rasanya di saat pemerintah di kabupaten mereka berlindung di dalam mobil dinasnya pulang pergi kerja, tapi rakyat yang seharusnya menjadi majikan mereka sedang bersusah payah menjalani kerasnya kehidupan. Bahkan saya sangat terkejut melihat kenyataan masih ada diantara mereka yang makan hanya dengan nasi dicampur gula. Tinggal di rumah yang tidak dibangun permanen bahkan tidak memiliki toilet.
Begitulah keadaannya, meskipun air bersih susah didapat, gelapnya malam masih dirasakan mereka namun kebahagian menikmati hidup selalu jelas terlihat di raut wajah mereka.
Lelah yang seharusnya saya rasakan saat bekerja meneliti di desa mereka tidak terasa apa apa karena kebaikan hati mereka yang selalu membantu dan memberi kenyamanan untuk saya.
Tidak ada henti hentinya saya dikejutkan dengan alam dan keadaan di desa Sungai Bakau. Sampai pada hari terakhir pun saat saya berjalan ingin meneliti masyarakat yang bermukim diujung desa, saya dikejutkan dengan penampakan pantai. Benar benar tidak menyangka desa ini memiliki pantai, saya sampai berpikir jangan jangan masih ada lagi keindahan yang disembunyikan desa ini.
Tapi sayang sekali saya harus segera kembali ke kota Banjarmasin karena tugas saya sudah selesai, banyak penyesalan yang saya rasakan saat meninggalkan desa Sungai Bakau. Salah satunya saya menyesal tidak membawakan apapun dari Banjarmasin untuk kenang kenangan bagi masyarakat desa. Padahal mereka sudah sangat banyak memberikan yang saya butuhkan selama disana. Saya juga menyesal tidak banyak mengabadikan keindahan alam disana, bahkan saya tidak sempat mengambil potret dari kegiatan mereka disana karena harus segera menyelesaikan penelitian.
kapan-kapan boleh lah aku di ajak kesana ky hehe kalo bisa sama buhan PCC
BalasHapusBoleh dong mi, kita ngetrip kesana. Pulang pergi pake motor bisa, tp bawa bekal dari rumah disana deda warung hahaa
Hapusbawakan perawan desa sungai bakau ki gasan aq
BalasHapusHaha perawan disana dibawah umur 17 tahun gung, umuran aku ja disana sudah bisi anak 3 wkwkw
Hapus